sumber gambar: puruhita.com |
Pagi hari matahari bersinar cerah. Terlihat
Pidi tersenyum gembira. Pagi ini badanya terasa segar. Tidak ada satupun daunya
yang sobek, bahkan bijih padinya juga utuh. Ia pun teringat akan kejadian
semalam.
Karena jaring laba-laba yang dipasang Luba
dan Lubi semalam, ia aman dari ulah jail Renggong dan Gere-Gere. Hatinya ingin sekali
mengucapkan terimakasih pada mereka. Karena jasanya, pagi ini ia tidak harus
menanggung sakit.
“Lubi, ayo kita sarapan” ajak Luba serangga
paling besar.
Mereka menuju tempat Pidi berada. Terlihat
Renggong dan Gere-Gere bergelantungan pada jaring yang semalam mereka buat.
Dengan langkah gesit Luba dan Lubi
mengambil Renggong dan Gere-Gere yang terlihat pucat dan lemah.
“Luba! Lubi! Lepaskan kami. Jangan makan
kami!” terikak Gere-Gere dan Renggong.
“Kami tidak akan melepaskan kalian. Sebelum
kalian berhenti membuat ulah pada Pidi!” jawab Luba si laba-laba besar.
“Apa salah kami, Luba?!” tanya Renggong
kesal.
“Apakah kalian tidak tahu, karena kalian, Pidi
harus menanggung sakit tiap hari!”
Dengan susah payah, Renggong dan Gere-Gere
berusaha bangun untuk melihat keadaan sekitar mereka. Renggong menatap lekat
Gere-Gere. Mereka melihat teman-temannya tengah asyik memakan kawan-kawan Pidi.
Renggong dan Gere-Gere menangis sedih.
Tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk menebus kesalahanya.
Terdengar langkah kaki panjang-panjang dan
berat. Pak Tani mengambil tank berisi obat pembasmi hama setelah selesai
menyiangi rumput liar yang mengganggu Pidi.
“Ayoooo kita pergi dari siniiiii sebelum
badan kita terkena racun seranggaaaaa!!!” terika Luba.
Mereka berlari tunggang langgang. Luba dan
Lubi menggendong Renggong dan Gere-Gere agar tidak mati terkena racun serangga.
Badanya yang lemas karena jebakan Luba dan Lubi membuat mereka tidak bisa
berjalan cepat.
Sampai di rumah Luba, Renggong dan
Gere-Gere tidak bisa beristirahat nyaman. Mereka gelisah memikirkan bagaiamana
agar bisa hidup berdampingan dengan Pidi, Luba, dan Lubi.
* * *
Luba dan Lubi menghampiri Pidi yang sedang
kepanasan setelah seharian berjemur di bawah teriknya matahari siang. Bau
badanya sangat menyengat. Luba dan Lubi terlihat menutup hidung.
“Jangan mendekat, saya baru mendapat
pestisida, beracun buat kalian, tapi sangat berarti bagiku” katanya centil
sambil mengipasi badanya dengan tangan. Luba dan Lubi geleng-geleng kepala.
“Pidi, apakah kamu tidak tahu, racun
serangga itu lama-kelamaan akan merusak habitat kita?” kata Luba.
Pidi terkejut. Ia tidak paham dengan apa
yang disampaikan oleh Luba, sahabatnya.
“Maksudnya apa, Luba?” Pestisida ini sangat
membantu kami dari keisengan Renggong dan Gere-Gere!” kata Pidi, sengit.
***
Terlihat Pak Tani sedang menebar kompos
hitam di atas lahan jagung miliknya.
“Ini dia yang akan menyelamatkan kita,
teman-teman!” kata Luba.
“Mulai hari ini, kita bantu pak Tani
mengunakan pupuk kompos dan kita ganggu pak Tani saat menggunakan pestisida!”
katanya lagi.
Lubi, Pidi, Renggong, dan Gere-Gere tidak
memahami kalimat Luba.
“Apa maksudnya, Luba?” tanya Renggong.
“Dengan pupuk kompos, kita akan mamapu
hidup berdampingan satu sama lain. Tapi dengan pestisida kita bisa menjadi
musuh satu sama lain” jawab Luba sedikit geram.
“Kita buat lahan jagung milik pak Tani
panen raya tanpa menggunakan modal yang banyak, dan kita buat lahan padi
miliknya gagal panen!” kata Renggong kemudian setelah memahami maksud Luba.
“Pestisida hanya akan membuat kami saling bermusuhan!” kata mereka hampir bersamaan.
*)Naskah sedang diikutsertakan dalam lomba menulis Dongeng Fabel bersama Mulasih Tary yang diadakan oleh SIP Publishing pada 2 Mei 2024
Keren
BalasHapusIlmiah, keren...
BalasHapus