Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Melodi Gamelan di Sepertiga Malam*)

  sumber gambar dari NU Online Cerpen: Rosyidah Purwo Pekatnya malam dini hari tidak membuat sepasang suami istri itu tetap lelap dalam tidur mereka Bangun di sepertiga malam adalah kebiasaan mereka. Meskipun kecil dan sederhana, rumah baru yang kami tempati sangatlah nyaman. Rumah permanen dengan lantai keramik warna putih dipadu padan dengan warna merah hati pada bagian teras depan rumah. Cat berwarna krem mempercantik rumah kami. Bekerja sebagai guru di sekolah swasta dengan gaji tujuh ratus ribu rupiah setiap bulan ditambah dengan penghasilan suami dari membuat roti yang dititipkan di kantin-kantin sekolah, akhirnya cukup untuk membuat rumah sederhana. “Dinda, mulai hari ini kita menempati rumah sendiri, sederhana, tapi cukup nyaman.” “Iya, Mas, tidak apa-apa. Meski sederhana ini adalah hasil jerih payah sendiri” meskipun sebenarnya ia tidak menerima dengan sepenuh hati konsep rumah barunya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur, rumah sudah berdiri tegak. ***

Rose

sumber gambar: kisah-cinta-wildan-mukhollad-di-pesantren-ruangobrol Cerpen Oleh: Rosyidah Purwo      Masih teringat bagaimana kawan lama saya yangg satu ini sangat takut dengan pisau. Tiap kali ada jadwal memasak dalam satu pekan, ia selalu menghindari pisau.  Ia akan berteriak saat melihat orang memegang pisau. Entah karena apa...                 Memasak adalah kegiatan wajib yang dilakukan oleh santri putri. Tiap santri mendapat jatah memasak 1 pekan 1 kali. Kegiatan memasak adalah saat paling dinanti karena saat itu kami para santri putri bisa melirik-melirik para kang-kang yang mengantar kayu bakar ke dapur. Ha ha ha       O iya, kami memasaknya menggunakan tungku besar yang memiliki tiga kepala. Bisa dibayangkan, bagaimana banyaknya jumlah masakan yang harus kami selesaikan. Bangun pukul 01.00 wib dini hari dan harus selesai sebelum kawan-kawan santri berangkat kuliah di pukul 06.30 wib Yah, pesantren kami bersekatan dengan kampus. Unnes namanya. “Mb Rose tolong akuuuuu!” teriak