Langsung ke konten utama

Aku Nggak Mau Jadi Pelukis, Nggak Laku-Laku

sumber gambar: dokumen pribadi

Sore hari di hari Kamis, 11 Mei 2023. Hujan turun rintik-rintik. Saya pulang dari bekerja dijemput suami. Biasanya saya pulang pergi dari rumah ke sekolah, naik sepeda motor sendiri, akan tetapi hari ini saya minta dijemput karena pagi harinya saya dan anak-anak terjatuh dari motor. Sepertinya saya masih belum berani membawa motor sendiri.

Sepanjang jalan Overste Isdiman, Purwokerto kami menikmati perjalanan sore hari dengan ditemani gerimis rintik-rintik.

Kebiasaan saya saat menempuh perjalanan dengan dibonceng suami, akan membicarakan apa saja. Akan tetapi Kami masih terdiam. Belum menemukan tema pembicaraan. Saya masih lelah dengan kegiatan Jambore Pramuka di sekolahan. Juga masih teringat kejadian pagi hari saat terjauh dari motor bersama anak-anak.

"Ibu, tahu apa nggak?" tiba-tiba suami memulai pembicaraan.

"Apa, Pak?"

Belum berbicara, Suami sudah tertawa. Saya jadi menebak dan menerka tema pembicaraannya pasti lucu.

"Pas, Bapak njemput sekolah anak-anak, Tsuroya saya ajak melewati jalan ini..." kata suami sambil tanganya menunjukan emperan salah satu ruko di Jl. Profesor DR. HR Boenyamin, Glempang, Bancarkembar, Purwokerto Utara.

Suami menjelaskan bahwa di salah satu emperan ruko itu tiap siang hari ada pelukis. Setiap kali melewati emperan ini, mereka selalu melihat pelukis itu sedang melukis. 

Saya tidak sabaran mendengar lanjutan cerita suami sambil senyum-senyum karena menebak-nebak ceritanya lucu.

"Ibu tahu nggak Tsuroya bilang apa?" 

"Dia bilang _Aku nggak mau jadi pelukis, Pak, nggak laku-laku_"

"😂😂😂😂" saya sama suami tertawa bersama-sama.


susdut rumah cinta

Sumbang, 130523

23.35 wib

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layung

sumber gambar: SW Puspakurnai Pentigraf: Rosyidah Purwo Eyang Wardem berpesan kepada cucu tercintanya. Bunyi pesan itu adalah jangan keluar rumah saat layung jembrang atau layung sembrana sedang keluar. Kalau orang masa kini menyebutnya dengan istilah lembayung senja. Alasnnya sungguh aneh, adalah agar tidak terkena penyakit belek. Sebagai cucu yang baik, ia mengikuti saja kemauan Eyang tercintanya. Ia mengetahui tentang penyakit belek ini ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Pak guru menyampaikan bahwa penyakit belek penyebabnya ada beberapa macam. Salah satunya adalah karena virus dan bakteri. Beberapa penyebab lain tidak ada kaitanya sama sekali dengan fenomena alam yang maha indah itu. Jadi penyakit belek yang pernah ia derita saat masih kecil dulu, tidak ada kaitannya dengan Layung.  Karena saking indahnya lembayung senja petang hari itu, si cucu lupa dengan nasehat Eyang. Di halaman mushola tempat ia ngaji Iqro dan suratan pendek, ia berdiri terpukau melihat indahn

Ngising

Cerpen: Rosyidah Purwo*)   Pagi hari, udara masih terasa dingin. Suara gemericik air selokan terdengar indah. Airnya yang jernih menambah indahnya suasana pagi itu.  Semburat mentari mulai terlihat di ufuk timur. Suara kicau burung dan sesekali katak bersahutan. Petani padi terlihat beberapa sedang mengaliri air.  Hijaunya persawahan membentang sepanjang mata memandang. Benar-benar pagi hari yang sempurna. “Ibu, aku ngising ” suara si Sungsu membuyarkan lamunan seorang ibu muda yang tengah asyik bercengkerama dengan kegiatan di dapur pagi itu.  Cekrek cekrek cekrek, terdengar suara seperti kamera beroperasi.  “Mas, kamu sedang apa?!” tanya ibu muda dari dapur dengan setengah berteriak. “Sedang membuat karya, Bu!” sahut si Sulung. Ia  masuk ke dalam rumah selepas menunaikan hajat alamnya pagi itu.  Entah mengapa, ia sangat suka melakukan rutinitas yang satu itu di selokan belakang rumah. Padahal closet di rumah ada.  “Mas,” sapa ibu muda itu, “mengapa kamu suka sekali buang hajat di sel

PUJI-PUJIAN; BUKAN TENTANG BAIK ATAU TIDAK, TAPI TENTANG KEBUTUHAN

  https://indonesiainside.id/risalah/2019/12/19/membawa-hp-saat-salat-berjamaah Banyak kisah di dalam masyarakat tentang seputar -jeda waktu menunggu imam datang- saat sholat jamaah di dalam masjid. Ada yang menggunakannya untuk melantunkan puji-pujian, ada yang menggunakanya untuk ngobrol asyik, ada yang menggunakannya untuk merenungi keagungan Allah SWT, ada yang menggunakanya untuk berselancar dengan dunia maya (meski tidak mayoritas, tapi hampir banyak yang melakukanya). Ada yang menggunaknya untuk nge- game  (meski tidak banyak). Ada pula sebuah kisah tentang orang yang dikafirkan oleh temannya sendiri karena melantunkan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang untuk jamaah shalat. Ada pula kisah tentang seorang jamaah dengan enggan memagang mushaf sambil menunggu sholat jamaah didirikan walau tidak dibaca. Banyak pula kisah tentang mereka yang mampu menyelesaikan membaca quran sampai beberapa halaman. Apapun kisah yang muncul di tengah masyarakat, semua ini nyata dan