Langsung ke konten utama

TENTANG KACAMATA BAGIAN 1

sumber: dokumen pribadi
Setelah kurang lebih sepuluh tahun lamanya kacamata saya lepas atas saran dokter, mata mulai mengalami gangguan penglihataan. Susah memahami orang dalam jarak jauh dan mata sering terasa pegal. Karena hal itu saya memutuskan untuk cek kesehatan mata saya.

Dua pekan setelah saya cek mata di Rumah Sakit Khusus Mata daerah Purwokerto yang belokasi di Jl. Beringin Raya, Perum Tanjung Elok, Tanjung, Purwokerto Selatan 53144, saya bertandang pada salah satu optik yang tertera dalam list resep yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

Mengapa dua pekan kemudian, bukan langsung setelah dari rumah sakit? Yah, karena belum ada uang buat nebus kacamata. Saya belum tahu secara pasti berapa yang harus saya keluarkan apabila saya menggunakal layanan BPJS kesehatan. Memang pernah mendengar dari kawan-kawan kalau buat nebus tidak terlalu mahal, sekitar Rp 150.000 atau lebih. Tetep nominal yang wow bagi saya.

Saya memutuskan untuk memilih Optik 35. Salah satu nama optik yang tertera dalam surat resep dari rumah sakit. Masuk ke sana saya melihat-lihat jenis kacamata seperti apa yang bisa saya peroleh sesuai dengan resep yang saya terima.

Beberapa deretan lemari kacamata cantik dengan disinari lampu terang yang cantik menambah kesan cantik lemari-lemari kaca itu. Saya melihat-lohat semua lemari yang berisi kacamata. Ada yang tidak terpasang bandrol harga tapi begitu ditanyakan harganya wow, membuat jantung meledak. Akhirnya saya sampai pada lemari kacamata yang bertuliskan BPJS kelas 1, BPJS kelas 2, BPJS kelas 3.

Kurang lebih tiga puluh menit saya melihat-lihat kacamata yang sekiranya pas di mata dan pas pula dengan budget di kantong saya saat itu. Ahirnya saya memutuskan untuk memilih satu kacamata yang menurut saya sudah pas. 

Di depan cermin yang disedikan oleh optik, saya mencoba kacamata yang saya pilih.

"Ini saja, Mbak. Sudah pas sepertinya" kataku pada pelayan.

Kemudian pelayan itu menerangkan kepada saya bahwa untuk lensa dan frame harga sendiri-sendiri. Lensa kalau sesuai dengan resep dokter maka pihak optik tidak bisa menanggung resiko pengembalian apabila kacamata tidak nyaman, tapi kalau diperiksa kembali oleh Optik, maka resiko ketidaknyamanan kacamata setelah dibuat ada jaminan.

Waduh PR banyak juga ya, pikir saya. Benar-benar membuat saya berpikir banyak. Akhirnya saya putuskan untuk membuat kacamata sesuai resep dari dokter. Resiko tidak nyaman, mungkin bisa kembali lagi ke rumah sakit (pikir saya dengan polosnya).

Sambil menunggu saya melihat-lihat kacamata cantik-cantik yang terpasang di etalase. Aduhai kacamata itu cantik benar, pasti harganya mahal. Saya jatuh hati pada kacamata cantik itu. Batin saya berbicara. Memang benar kacamata yang saya taksir harganya amazing. Tanya saja pada pelayan, pasti dijawab dengan senang hati.

(Sudahlah...jangan mengandai-andai, yang aku punya saat ini, nikmatin, jalanin...) batin saya berbicara lagi.

Tiga pekan berlalu, saya mendapat chat dari CS optik via whastapp yang isinya sebuah pesan pemberitahuan bahwa kacamata saya sudah bisa diambil.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE NAME IS DEW

sumber gambar: kapanlagi.com Gadis kecil itu masih duduk terdiam di depan meja komputer. Bola matanya bergerak-gerak mengikuti irama kursors yang menari-nari pada layar komputer. Komputer milik mas Panji yang sudah tidak digunakan lagi. Mas Panji, anaknya Budhe yang pertama. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 wib. Ia masih giat menggerakan jari jemari lentiknya di atas keybord . “Nduk, jangan terlalu larut ya?” pesan Budhe nya. “Nggih, Dhe” jawabnya sopan. Masih lima puluh sembilan detik menuju deadline pengiriman naskah. Meskipun mata sudah mengantuk, ia masih giat menyelesaikan tugasnya. Bismillah, mudah-mudah tulisan ini menemui takdir baiknya , doanya lirih. Sebuah alamat email majalah Bobo ia buka, naskah terkirim sudah. Selesai dikirim, ia bergegas menuju kamar tidur untuk beristirahat. *** Hari Minggu adalah jadwal rutin Kana berkunjung ke rumah Budhe. Sudah sejak satu tahun lalu, setiap hari Minggu, Kana mengnjungi Budhe. Kebetulan Budhe tinggal sendirian di rumah. Pakd...

Jendela Kelas

sumber gambar: pixabay.com Pagi menjelang bel masuk berbunyi, Bu Aria menelisik pada semua sudut halaman sekolah. Pagi ini Bu Aria bersama murid-murid kesayangnya akan melakukan apel pagi di halaman sekolah. Pandangan mata Bu Aria tertuju pada sebuah jendela ruang kelas yang terbuka. Bu Aria mengernyitkan kening. "Kok bisa jendela itu terbuka?" pikirnya dalam hati. Lalu ia mengambil _handphone_ miliknya, ia arahkan bagian kamera pada jendela tersebut. Cekrek, sebuah gambar jendela terbuka di pagi hari pada sebuah ruang kelas tersimpan dalam memori _handphone_ nya. Ruangan ber AC memang tidak seharusnya fentilasi terbuka saat AC menyala. Sebab akan menyebabkan AC tidak bisa bertahan lama. Oleh karena itu, pengguna ruangan-ruangan ber AC memang harus disiplin dalam menutup fentilasi yang ada. "Pasti jendela ini terbuka sepanjang malam" pikir Bu Aria sebelum memulai apel paginya. Sejenak Ia menoleh pada ruang kelas berjendela terbuka di belakangnya. Lalu ia memulai ape...

Selamatkan Buah Hati dari "Setan Gepeng"

sumber gambar: depositphotos (Catatan Perenting dr Usth Narsiti) Beberapa waktu lalu sebelum puasa Ramadhan, kepada anak2 di kelas, saya menyampaikan sedikit nasihat. Nasihat itu adalah tentang penggunaan gedget, iphone, laptop, tablet dan sebagainya yg sejenis. Pada salah satu pesan yg disampaikan adalah "orang tua wajib mengetahui pasword HP. Tidak boleh ada salah satu dr anak2 yg merahasiakan pasword HP kepada orang tua" Reaksi anak2 ada yg wajahnya takut, ada yg biasa saja, ada yg datar, ada yg tersenyum ceria.  Saya pun melakukan poling melalui _ris hand_. Poling tersebut berisi pertanyaan siapa yg masih merahasiakan password HP kepada orang tua? Ada beberapa anak yg _rise hand_. Pesan ini saya sampaikan kepada anak2, setelah satu hari sebelumnya saya mendapat cerita dr anak2, bahwa ia sdh dikirimi sebuah screen shoot chat WA dr salah satu teman. Setelah mendapat cerita tsb, saya pun meminta kepada anak saya untuk menunjukan pesan tersebut. Sebagai orang dewasa, saya ter...