sumber: dokumen pribadi |
Dua pekan setelah saya cek mata di Rumah Sakit Khusus Mata daerah Purwokerto yang belokasi di Jl. Beringin Raya, Perum Tanjung Elok, Tanjung, Purwokerto Selatan 53144, saya bertandang pada salah satu optik yang tertera dalam list resep yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
Mengapa dua pekan kemudian, bukan langsung setelah dari rumah sakit? Yah, karena belum ada uang buat nebus kacamata. Saya belum tahu secara pasti berapa yang harus saya keluarkan apabila saya menggunakal layanan BPJS kesehatan. Memang pernah mendengar dari kawan-kawan kalau buat nebus tidak terlalu mahal, sekitar Rp 150.000 atau lebih. Tetep nominal yang wow bagi saya.
Saya memutuskan untuk memilih Optik 35. Salah satu nama optik yang tertera dalam surat resep dari rumah sakit. Masuk ke sana saya melihat-lihat jenis kacamata seperti apa yang bisa saya peroleh sesuai dengan resep yang saya terima.
Beberapa deretan lemari kacamata cantik dengan disinari lampu terang yang cantik menambah kesan cantik lemari-lemari kaca itu. Saya melihat-lohat semua lemari yang berisi kacamata. Ada yang tidak terpasang bandrol harga tapi begitu ditanyakan harganya wow, membuat jantung meledak. Akhirnya saya sampai pada lemari kacamata yang bertuliskan BPJS kelas 1, BPJS kelas 2, BPJS kelas 3.
Kurang lebih tiga puluh menit saya melihat-lihat kacamata yang sekiranya pas di mata dan pas pula dengan budget di kantong saya saat itu. Ahirnya saya memutuskan untuk memilih satu kacamata yang menurut saya sudah pas.
Di depan cermin yang disedikan oleh optik, saya mencoba kacamata yang saya pilih.
"Ini saja, Mbak. Sudah pas sepertinya" kataku pada pelayan.
Kemudian pelayan itu menerangkan kepada saya bahwa untuk lensa dan frame harga sendiri-sendiri. Lensa kalau sesuai dengan resep dokter maka pihak optik tidak bisa menanggung resiko pengembalian apabila kacamata tidak nyaman, tapi kalau diperiksa kembali oleh Optik, maka resiko ketidaknyamanan kacamata setelah dibuat ada jaminan.
Waduh PR banyak juga ya, pikir saya. Benar-benar membuat saya berpikir banyak. Akhirnya saya putuskan untuk membuat kacamata sesuai resep dari dokter. Resiko tidak nyaman, mungkin bisa kembali lagi ke rumah sakit (pikir saya dengan polosnya).
Sambil menunggu saya melihat-lihat kacamata cantik-cantik yang terpasang di etalase. Aduhai kacamata itu cantik benar, pasti harganya mahal. Saya jatuh hati pada kacamata cantik itu. Batin saya berbicara. Memang benar kacamata yang saya taksir harganya amazing. Tanya saja pada pelayan, pasti dijawab dengan senang hati.
(Sudahlah...jangan mengandai-andai, yang aku punya saat ini, nikmatin, jalanin...) batin saya berbicara lagi.
Tiga pekan berlalu, saya mendapat chat dari CS optik via whastapp yang isinya sebuah pesan pemberitahuan bahwa kacamata saya sudah bisa diambil.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar