Langsung ke konten utama

TENTANG NABI ISMAIL DAN IBU, KENAPA MENANGIS? BAGIAN 3


 

https://kalam.sindonews.com/read/350386/72/tanda-tanda-setan-menggoda-yang-bisa-kita-rasakan-1614578635

Ibu: "Di tengah jalan bapaknya nabi Ismail didatengin sama setan, Mas" menggebu, horor, serius.
Abizard: ekspresi muka yang takut
Ibu: "Kata setan begini, Mas, (Ibrahim apa kamu nggak kasihan? itu anakmu satu-satunya loh...)"
Ibu: "tapi nabi Ibrahim as hebat, Mas. Tahu nggak apa yang dilakuin sama nabi Ibrahim as?"
Abizard: "ngapain, Bu?"
Ibu: "Nabi Ibrahim as ambil kerikil buat ngelempar wajahnya setan, Mas"
Abizard: "setanya kabur ya, Bu? Ha ha ha" tertawa renyah dan cadel dengan pengucapan huruf r yang belum begitu sempurna.
Ibu: "terus Nabi Ibrahim as kan ngelanjutin perjalanan tuh...datang lagi tuh setan, Mas" mantap dan serius.
Abizard: "dilempar lagi, Bu?"
Ibu: "betul, Mas. Setanya dilempar lagi pakai batu kerikil" tangan sambil mempraktekan gerakan melempar batu kerikil.
Abizard: "setanya pergi lagi ya, Bu?"
Ibu: 👍dan tersenyum
Abizard: "yes yes yes" bahagia sambil tersenyum gembira.
Ibu: "Nah...setan kan nggak mempan tuh nganggu ayahnya nabi Ismail as, gantian yang diganggu nabi Ismail as..."
Abizard: "beneran, Bu? Nabi Ismail kan belum tua, Bu?" serius sambil dahinya mengerut.
Ibu: "betul, mungkin setan marah apa ya, Mas? Nganggu bapaknya nggak mempan, jadi gantian nganggu anaknya"
Abizard: "nabi Ismail bagaimana, Bu? Kalah apa nggak?"
Ibu: "setan bilang gini, Mas (Ismail, kamu kan masih muda, cakep lagi, apa kamu nggak kepengin kaya teman-teman bermain-main asyiiiik?)" dengan gaya menirukan kakek-kakek dengan nada bicara sinis. 
Ibu: "kan Nabi Ismail kaget, terus dia ngambil batu kerikil dilemparin lagi tuh muka si setan"
Abizard: "setan kalah lagi, Bu?"
Ibu: 👍dan tersenyum sambil manggut-manggut
Abizard: "ha ha ha" tertawa renyah dan bahagia.
Ibu: "Nabi Ibrahim as dan Ismail as sampai di tempat yang sudah ditunjukin sama Allah SWT"
Abizard: "apa manusia bisa melihat Allah swt, Bu?"
Ibu: good (dalam hati)
Ibu: "ada manusia yang diijinkan Allah SWT untuk bisa berbicara dengan-Nya, Mas.."
Abizard: "ohh..." mikir, "terus-terus, Bu"
Ibu: "Nabi Ismail ngomong tuh..." mulai membosankan karena saya sudah lelah dan ngantuk
Abizard: matanya sudah 5 watt, merem melek hampir mau tidur.
Ibu: "Wahai Ayah, tajamkan pisaunya agar aku tidak terlalu merasakan rasa sakit" semangat muncul lagi, nangis pula.
Abizard: tidur
Ibu: "Pas pisau sudah di leher nabi Ismail as, Allah SWT ngganti nabi Ismail as dengan domba kibas yang gede"
Ibu: رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ibu: ikut tidur

Tamat
Sumbang, 26 Juni 2023
Sudut rumah cinta
07.10 wib  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layung

sumber gambar: SW Puspakurnai Pentigraf: Rosyidah Purwo Eyang Wardem berpesan kepada cucu tercintanya. Bunyi pesan itu adalah jangan keluar rumah saat layung jembrang atau layung sembrana sedang keluar. Kalau orang masa kini menyebutnya dengan istilah lembayung senja. Alasnnya sungguh aneh, adalah agar tidak terkena penyakit belek. Sebagai cucu yang baik, ia mengikuti saja kemauan Eyang tercintanya. Ia mengetahui tentang penyakit belek ini ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Pak guru menyampaikan bahwa penyakit belek penyebabnya ada beberapa macam. Salah satunya adalah karena virus dan bakteri. Beberapa penyebab lain tidak ada kaitanya sama sekali dengan fenomena alam yang maha indah itu. Jadi penyakit belek yang pernah ia derita saat masih kecil dulu, tidak ada kaitannya dengan Layung.  Karena saking indahnya lembayung senja petang hari itu, si cucu lupa dengan nasehat Eyang. Di halaman mushola tempat ia ngaji Iqro dan suratan pendek, ia berdiri terpukau melihat indahn

Ngising

Cerpen: Rosyidah Purwo*)   Pagi hari, udara masih terasa dingin. Suara gemericik air selokan terdengar indah. Airnya yang jernih menambah indahnya suasana pagi itu.  Semburat mentari mulai terlihat di ufuk timur. Suara kicau burung dan sesekali katak bersahutan. Petani padi terlihat beberapa sedang mengaliri air.  Hijaunya persawahan membentang sepanjang mata memandang. Benar-benar pagi hari yang sempurna. “Ibu, aku ngising ” suara si Sungsu membuyarkan lamunan seorang ibu muda yang tengah asyik bercengkerama dengan kegiatan di dapur pagi itu.  Cekrek cekrek cekrek, terdengar suara seperti kamera beroperasi.  “Mas, kamu sedang apa?!” tanya ibu muda dari dapur dengan setengah berteriak. “Sedang membuat karya, Bu!” sahut si Sulung. Ia  masuk ke dalam rumah selepas menunaikan hajat alamnya pagi itu.  Entah mengapa, ia sangat suka melakukan rutinitas yang satu itu di selokan belakang rumah. Padahal closet di rumah ada.  “Mas,” sapa ibu muda itu, “mengapa kamu suka sekali buang hajat di sel

PUJI-PUJIAN; BUKAN TENTANG BAIK ATAU TIDAK, TAPI TENTANG KEBUTUHAN

  https://indonesiainside.id/risalah/2019/12/19/membawa-hp-saat-salat-berjamaah Banyak kisah di dalam masyarakat tentang seputar -jeda waktu menunggu imam datang- saat sholat jamaah di dalam masjid. Ada yang menggunakannya untuk melantunkan puji-pujian, ada yang menggunakanya untuk ngobrol asyik, ada yang menggunakannya untuk merenungi keagungan Allah SWT, ada yang menggunakanya untuk berselancar dengan dunia maya (meski tidak mayoritas, tapi hampir banyak yang melakukanya). Ada yang menggunaknya untuk nge- game  (meski tidak banyak). Ada pula sebuah kisah tentang orang yang dikafirkan oleh temannya sendiri karena melantunkan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang untuk jamaah shalat. Ada pula kisah tentang seorang jamaah dengan enggan memagang mushaf sambil menunggu sholat jamaah didirikan walau tidak dibaca. Banyak pula kisah tentang mereka yang mampu menyelesaikan membaca quran sampai beberapa halaman. Apapun kisah yang muncul di tengah masyarakat, semua ini nyata dan