Beneran Ini Bekas Cubitan?
sumber gambar: dokumen pribadi
Saat saya
meminta untuk diperlihatkan bagian yang dicubit ia menolak. Lalu saya beralih
meminta kepadanya untuk bercerita kronologi kejadian. Ia tidak mau bercerita
kepada saya. Karena penasaran mengapa ia menutupi lengan bagian atas dan
mengapa ia tidak mau bercerita kronologi kejadianya, saya pun mengancamnya.
Kebetulan ia
sangat suka dengan cerita seru kejadian sehari-hari saya, adik-adiknya, dan
dirinya. Saya jadikan ini celah untuk memaksa dirinya mau bercerita. Bahwa saya
tidak mau bercerita kalau ada kejadian seru. Ternyata trik ini berhasil. Ia pun
perlahan bercerita sambil menitikkan air mata dan memohon agar ceritanya jangan
diceritakan kepada siapapun.
Saya pun
mendengarkan dengan seksama. Rupa-rupanya ketika kegiatan pencak silat ia
dicubit oleh kakak kelas. Saya tidak percaya dengan cubitan yang memberikan
bekas memar seperti dipukul benda tumpul. Saya juga menanyakan bagaimana cara
mencubitnya apakah sambil ditonjok atau hanya cubit saja?
Yang membuat
saya tidak percaya adalah jawaban anak saya yang mengatakan hanya dicubit kecil
pakai dua jari tapi kuat banget.
Setelah
bercerita kepada saya, sepertinya ia sudah lega, nyatanya saat saya membuka
lengan bajunya ia tidak menolak dan dengan senang hati ia menyodorkan memarnya
kepada saya. Setelah semua ditumpah ruahkan, ia menitipkan pesan kepada saya, “Ibu
jangan ceritakan ini kepada siap-siapa ya?
Saya
bergeming dengan pesan itu. Dua hari setelah kejadian saya menceritakan
kejadian kepada guru pencak silat. Setelah kejadian cubitan itu, sampai hari
ini anak saya belum mau mengikuti kegiatan tambahan pencak silat.
Komentar
Posting Komentar