Langsung ke konten utama

PUJI-PUJIAN; BUKAN TENTANG BAIK ATAU TIDAK, TAPI TENTANG KEBUTUHAN

 

https://indonesiainside.id/risalah/2019/12/19/membawa-hp-saat-salat-berjamaah

Banyak kisah di dalam masyarakat tentang seputar -jeda waktu menunggu imam datang- saat sholat jamaah di dalam masjid.

Ada yang menggunakannya untuk melantunkan puji-pujian, ada yang menggunakanya untuk ngobrol asyik, ada yang menggunakannya untuk merenungi keagungan Allah SWT, ada yang menggunakanya untuk berselancar dengan dunia maya (meski tidak mayoritas, tapi hampir banyak yang melakukanya). Ada yang menggunaknya untuk nge-game (meski tidak banyak).

Ada pula sebuah kisah tentang orang yang dikafirkan oleh temannya sendiri karena melantunkan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang untuk jamaah shalat.

Ada pula kisah tentang seorang jamaah dengan enggan memagang mushaf sambil menunggu sholat jamaah didirikan walau tidak dibaca.

Banyak pula kisah tentang mereka yang mampu menyelesaikan membaca quran sampai beberapa halaman.

Apapun kisah yang muncul di tengah masyarakat, semua ini nyata dan ada. Sebagai manusia muslim khususnya, tentunya mampu memilih mana yang sekiranya pantas dan yang tidak.

Beberapa kisah di atas ada yang terjadi di depan mata saya, yang baik atau yang buruk. Itulah mengapa jari jemari saya gatal ingin menorehkanya dalam tulisan ini.

Adalah sebuah kisah tentang dua remaja yang mengumpat kata a*u dan bang*at di depan sekelompok remaja yang tengah khusyu melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Dua remaja ini kemudian meninggalkan jama'ah dan memilih shalat berdua. Usut punya usut, ternyata dua remaja ini tidak suka melihat puji-pujian dilantunkan saat jeda menunggu imam datang.

Kisah lain juga terjadi di depan mata saya, saat saya hendak menunaikan shalat jamaah di sebuah masjid, terdengar riuh suara pelajar yang asyik ngobrol layaknya di sebuah pasar, saat menanti imam datang.

Kisah lain juga saya alami saat singgah di sebuah masjid untuk menunaikan jamaah shalat, terlihat muadzin dan beberapa jamaah dengan khusyu melantunkan puji-pujian. Setiap jamaah yang datang setelah selesai shalat dua rokaat duduk tertib dan rapi langsung mengikuti puji-pujian. Anak-anak, ibu-ibu, bapak, remaja, ikut melantunkannya sampai datang imam.

Idealnya mungkin adalah semua orang yang sedang menunggu jamaah shalat adalah membaca Quran sebagai kita suci. Akan tetapi ada banyak hal yang menjadi bahan renungan. 

Tidak semua muslim mampu membaca Quran dengan baik dan benar. Ada pula yang sudah mampu membaca dengan baik dan benar, akan tetapi lebih banyak enggan, ada yang memang memiliki hobi ngobrol dengan teman, kalau jaman sekarang mungkin lebih banyak yang memilih asyik dengan dunia maya.

Terlepas apakah seorang muslim paham atau tidak tentang aturan yang baik saat di dalam masjid, semua dikembalikan kepada diri sendiri karena fitrahnya manusia adalah cenderung memilih yang baik dari pada yang buruk. Mana yang mudlorotnya lebih sedikit dan lebih banyak.

Menurut pengamatan saya yang memilih melakukan puji-pujian saat hendak shalat jamaah di kala imam belum datang, tidak hanya sekedar melantunkan pepujian unfaedah, akan tetapi lebih pada kebutuhan hati tentang baiknya yang saya lakukan itu apa? sementara saya belum bisa membaca Quran dengan baik dan benar, atau memang lebih memilih puji-pujian karena sudah lelah membaca Quran. Dan lain-lain lagi yang pastinya hal-hal yang dipandang secara umum adalah baik.

Mari lebih bijak lagi dalam menilai orang. Menurut hati nurani saya, tidak melulu muslim yang memilih melantunkan puji-pujian adalah buruk. Banyak pengalaman baik yang ditorehkan dengan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang.

Adapun tentang aturan syari'at mengenai puji-pujian itu adalah bid'ah, bukankah ada bid'ah dlolalah dan bid'ah hasanah? Cobalah dikembalikan lagi pada hati nurani. Banyak loh yang akses HP entah itu WA, IG, FB, Game. Bahkan melakukanya untuk hal yang unfaedah. Mungkin diri sendiri juga melakukanya?

Wallohu 'alam bishowab



Banyumas

Penghujung tahun 2023

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layung

sumber gambar: SW Puspakurnai Pentigraf: Rosyidah Purwo Eyang Wardem berpesan kepada cucu tercintanya. Bunyi pesan itu adalah jangan keluar rumah saat layung jembrang atau layung sembrana sedang keluar. Kalau orang masa kini menyebutnya dengan istilah lembayung senja. Alasnnya sungguh aneh, adalah agar tidak terkena penyakit belek. Sebagai cucu yang baik, ia mengikuti saja kemauan Eyang tercintanya. Ia mengetahui tentang penyakit belek ini ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Pak guru menyampaikan bahwa penyakit belek penyebabnya ada beberapa macam. Salah satunya adalah karena virus dan bakteri. Beberapa penyebab lain tidak ada kaitanya sama sekali dengan fenomena alam yang maha indah itu. Jadi penyakit belek yang pernah ia derita saat masih kecil dulu, tidak ada kaitannya dengan Layung.  Karena saking indahnya lembayung senja petang hari itu, si cucu lupa dengan nasehat Eyang. Di halaman mushola tempat ia ngaji Iqro dan suratan pendek, ia berdiri terpukau melihat indahn

Ngising

Cerpen: Rosyidah Purwo*)   Pagi hari, udara masih terasa dingin. Suara gemericik air selokan terdengar indah. Airnya yang jernih menambah indahnya suasana pagi itu.  Semburat mentari mulai terlihat di ufuk timur. Suara kicau burung dan sesekali katak bersahutan. Petani padi terlihat beberapa sedang mengaliri air.  Hijaunya persawahan membentang sepanjang mata memandang. Benar-benar pagi hari yang sempurna. “Ibu, aku ngising ” suara si Sungsu membuyarkan lamunan seorang ibu muda yang tengah asyik bercengkerama dengan kegiatan di dapur pagi itu.  Cekrek cekrek cekrek, terdengar suara seperti kamera beroperasi.  “Mas, kamu sedang apa?!” tanya ibu muda dari dapur dengan setengah berteriak. “Sedang membuat karya, Bu!” sahut si Sulung. Ia  masuk ke dalam rumah selepas menunaikan hajat alamnya pagi itu.  Entah mengapa, ia sangat suka melakukan rutinitas yang satu itu di selokan belakang rumah. Padahal closet di rumah ada.  “Mas,” sapa ibu muda itu, “mengapa kamu suka sekali buang hajat di sel