Langsung ke konten utama

Dari Dulu Kita Sudah Mendapat Bully?

    


sumber gambar: ss dr https://www.youtube.com/watch?v=-eC4QrOWC2M
             Salah satu modul dalam platform merdeka mengajar adalah materi tentang bulying. Masih teringat betul saat masih duduk di bangku SMP pada mata pelajaran IPS/Sejarah. Dalam buku mata pelajaran itu disebutkan tentang macam2 ras yang ada di dunia.

            Ras yang meliliki kedudukan tertinggi atau ras paling unggul adalah ras dr bangsa Arya (mohon koreksi kalau salah)

        Saya sebagai bocah ingusan yang kala itu masih belum melek dunia digital dan bermacam2 informasi luar, sangatlah terkagum-kagum dan merasa wow dengan penjelasab ttg ras ini. Dalam sudut hati kecilku mengatakan, kenapa aku tdk terlahir dalam ras yang ini? 

        Entah karena seringnya mendapat materi ini atau apa, saya sering merasa "wow" saat melihat gambar2 orang bule, atau sekali melihat orang bule saat study tour ke Yogyakarta, Jakarta, kota lama Semarang.

        Seiring dewasa bertambah, seiring pengetahuan dan bahan bacaan bertambah, rasa "wow" pada bule semakin menghilang.  Dari dulu kita sudah mengalami pembulian kata saya. Hanya saja saya tidak sadar. Sebab dalam teori kemanusiaan karya sang kholik pencipta alam semesta tidak ada disebutkan ras paling unggul itu siapa. Yang palinf mulia itu siapa? 

        Dia sang pencipta alam raya dan sang Maha Sempurna dari segala-galanya hanya menyebutkan yang paling mulia di sisi-Nya hanyalah ia yang bertaqwa (patuh dan tunduk pada ajaran-Nya). Memang disebutkan bahwa ada bangsa (bani Israil) yang  diunggulkan dalam hal urusan dunia. Akan tetapi tidak disebutkan bahwa mereka adalah suku2 yang dimuliakan. Hanya mereka yang taat pada-Nya yang akan mendapat kemuliaan.

        Saya sudah dicekoki materi IPS berulang-ulang bahkan pernah disuruh menghafal, sampai saya tdk rela dengan saya yang terlahir dr suku dgn ciri kulit sawo matang, hidung pesek, tubuh pendek.

        Andaikan saya adalah anak yang paham dengan ajaran sang kholik yang begitu mulia dan sempurna, mungkin tidak akan terbesit rasa minder karena "bully" yang saya terima pada buku mata pelajaran.

Wallohu a'lam bisshowab...

Purwokerto, 241123

14.38 wib

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layung

sumber gambar: SW Puspakurnai Pentigraf: Rosyidah Purwo Eyang Wardem berpesan kepada cucu tercintanya. Bunyi pesan itu adalah jangan keluar rumah saat layung jembrang atau layung sembrana sedang keluar. Kalau orang masa kini menyebutnya dengan istilah lembayung senja. Alasnnya sungguh aneh, adalah agar tidak terkena penyakit belek. Sebagai cucu yang baik, ia mengikuti saja kemauan Eyang tercintanya. Ia mengetahui tentang penyakit belek ini ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Pak guru menyampaikan bahwa penyakit belek penyebabnya ada beberapa macam. Salah satunya adalah karena virus dan bakteri. Beberapa penyebab lain tidak ada kaitanya sama sekali dengan fenomena alam yang maha indah itu. Jadi penyakit belek yang pernah ia derita saat masih kecil dulu, tidak ada kaitannya dengan Layung.  Karena saking indahnya lembayung senja petang hari itu, si cucu lupa dengan nasehat Eyang. Di halaman mushola tempat ia ngaji Iqro dan suratan pendek, ia berdiri terpukau melihat indahn

Ngising

Cerpen: Rosyidah Purwo*)   Pagi hari, udara masih terasa dingin. Suara gemericik air selokan terdengar indah. Airnya yang jernih menambah indahnya suasana pagi itu.  Semburat mentari mulai terlihat di ufuk timur. Suara kicau burung dan sesekali katak bersahutan. Petani padi terlihat beberapa sedang mengaliri air.  Hijaunya persawahan membentang sepanjang mata memandang. Benar-benar pagi hari yang sempurna. “Ibu, aku ngising ” suara si Sungsu membuyarkan lamunan seorang ibu muda yang tengah asyik bercengkerama dengan kegiatan di dapur pagi itu.  Cekrek cekrek cekrek, terdengar suara seperti kamera beroperasi.  “Mas, kamu sedang apa?!” tanya ibu muda dari dapur dengan setengah berteriak. “Sedang membuat karya, Bu!” sahut si Sulung. Ia  masuk ke dalam rumah selepas menunaikan hajat alamnya pagi itu.  Entah mengapa, ia sangat suka melakukan rutinitas yang satu itu di selokan belakang rumah. Padahal closet di rumah ada.  “Mas,” sapa ibu muda itu, “mengapa kamu suka sekali buang hajat di sel

PUJI-PUJIAN; BUKAN TENTANG BAIK ATAU TIDAK, TAPI TENTANG KEBUTUHAN

  https://indonesiainside.id/risalah/2019/12/19/membawa-hp-saat-salat-berjamaah Banyak kisah di dalam masyarakat tentang seputar -jeda waktu menunggu imam datang- saat sholat jamaah di dalam masjid. Ada yang menggunakannya untuk melantunkan puji-pujian, ada yang menggunakanya untuk ngobrol asyik, ada yang menggunakannya untuk merenungi keagungan Allah SWT, ada yang menggunakanya untuk berselancar dengan dunia maya (meski tidak mayoritas, tapi hampir banyak yang melakukanya). Ada yang menggunaknya untuk nge- game  (meski tidak banyak). Ada pula sebuah kisah tentang orang yang dikafirkan oleh temannya sendiri karena melantunkan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang untuk jamaah shalat. Ada pula kisah tentang seorang jamaah dengan enggan memagang mushaf sambil menunggu sholat jamaah didirikan walau tidak dibaca. Banyak pula kisah tentang mereka yang mampu menyelesaikan membaca quran sampai beberapa halaman. Apapun kisah yang muncul di tengah masyarakat, semua ini nyata dan