Langsung ke konten utama

Tetap Berbaik Sangka Walaupun Pahit (Edisi Curhat)

https://www.facebook.com/rumahzakatfans

Baik sangka adalah suatu perilaku mulia yang harapanya mampu dimiliki oleh semua insan dimuka bumi ini. Namun, fitrahnya manusia adalah sangat susah untuk memiliki perilaku ini.

Apalagi di jaman sekarang, yang segalanya seperti lebih cenderung pada mengutamakan emosi. Ibarat kata “dia melakukan kesalahan satu maka saya harus bisa membalasnya dengan yang sepadan kalau bisa lebih” repot kan?

Dalam agama Islam baik sangka ini disebut _khusnudzon_. Ajaran ini disampaikan oleh Muhammad SAW pada 1400 tahun yang lalu melalui wahyu agung dari tuhan semesta alam Allah robbul ‘izzati.

Di dalam Quran dzon atau prasangka termasuk _itsmun_ oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan agar orang beriman untuk menjauhi prasangka. Tentang prsangka, adalah tentang cerita saya.

Bebearapa waktu lalu saya dipanggil oleh kantor yayasan bagian SDM. Hal yang luar biasa apabila seorang guru di tempat saya mengajar dipanggil oleh kantor yayasan terlebih bagian SDM.

Karena bisa jadi ia akan mendapat hadiah yang amazing, bisa jadi karena akan ditegur, bisa jadi karena akan mendapat tugas tambahan.

Dengan tetap berperasangka baik, saya melenggangkan kaki ke sana untuk memenuhi panggilan "mulia” ini.

Selesai ngobrol panjang dengan bagian SDM saya menghela nafas panjangggggg. Ternyata saya mendapat teguran. Yang membuat saya berpikir dalam adalah tegurannya karena saya dilaporkan oleh banyak orang sering menggunakan bahasa Banyumasan (Cablaka) di lingkungan kerja.

Walaupun ada alasan yang baik dibalik saya menggunakannya dialek ini yaitu ingin menjadi orang “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Saya ingin mencintai lebih dalam bahasa tempat kelahiran saya. Tempat tinggal saya dari lahir sampai sekarang.

Namun apapun alasanya tidak bisa diterima karena memang ada aturan semua SDM tidak diperkenankan menggunakan dialek Banyumasan atau bahasa Jawa. Hanya boleh menggunakan bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris.

Dalam hati saya banyak sekali tidak menerima teguran ini. Sebab di luar sana masih banyak guru yang lebih dari saya tingkat kesalahanya.

Guru tidak pernah membuat administrasi pembelajaran, guru nge-game di depan siswa, guru memalsukan laporan keuangan, guru tidak mengoreksi hasil evaluasi siswa, guru yang dengan terang-terangan mengungkapkan di depan teman-teman keinginan akan keluar. Guru yang tidak pernah mendampingi siswa sholat jamaah Dzuhur. Dari masalah ini, sedikit saya telisik belum ada yang dipanggil oleh kantor Yayasan.

Aduhai sekali saya ini. Betapa besar perhatian atasan saya kepada saya. Itulah pikiran baik saya yang muncul untuk menghibur diri sendiri. 

Bismillah…mudah-mudahan saya terus bisa berbaik sangka, walau pahit rasanya

Purwekerto, Januari 2024


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layung

sumber gambar: SW Puspakurnai Pentigraf: Rosyidah Purwo Eyang Wardem berpesan kepada cucu tercintanya. Bunyi pesan itu adalah jangan keluar rumah saat layung jembrang atau layung sembrana sedang keluar. Kalau orang masa kini menyebutnya dengan istilah lembayung senja. Alasnnya sungguh aneh, adalah agar tidak terkena penyakit belek. Sebagai cucu yang baik, ia mengikuti saja kemauan Eyang tercintanya. Ia mengetahui tentang penyakit belek ini ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Pak guru menyampaikan bahwa penyakit belek penyebabnya ada beberapa macam. Salah satunya adalah karena virus dan bakteri. Beberapa penyebab lain tidak ada kaitanya sama sekali dengan fenomena alam yang maha indah itu. Jadi penyakit belek yang pernah ia derita saat masih kecil dulu, tidak ada kaitannya dengan Layung.  Karena saking indahnya lembayung senja petang hari itu, si cucu lupa dengan nasehat Eyang. Di halaman mushola tempat ia ngaji Iqro dan suratan pendek, ia berdiri terpukau melihat indahn

Ngising

Cerpen: Rosyidah Purwo*)   Pagi hari, udara masih terasa dingin. Suara gemericik air selokan terdengar indah. Airnya yang jernih menambah indahnya suasana pagi itu.  Semburat mentari mulai terlihat di ufuk timur. Suara kicau burung dan sesekali katak bersahutan. Petani padi terlihat beberapa sedang mengaliri air.  Hijaunya persawahan membentang sepanjang mata memandang. Benar-benar pagi hari yang sempurna. “Ibu, aku ngising ” suara si Sungsu membuyarkan lamunan seorang ibu muda yang tengah asyik bercengkerama dengan kegiatan di dapur pagi itu.  Cekrek cekrek cekrek, terdengar suara seperti kamera beroperasi.  “Mas, kamu sedang apa?!” tanya ibu muda dari dapur dengan setengah berteriak. “Sedang membuat karya, Bu!” sahut si Sulung. Ia  masuk ke dalam rumah selepas menunaikan hajat alamnya pagi itu.  Entah mengapa, ia sangat suka melakukan rutinitas yang satu itu di selokan belakang rumah. Padahal closet di rumah ada.  “Mas,” sapa ibu muda itu, “mengapa kamu suka sekali buang hajat di sel

PUJI-PUJIAN; BUKAN TENTANG BAIK ATAU TIDAK, TAPI TENTANG KEBUTUHAN

  https://indonesiainside.id/risalah/2019/12/19/membawa-hp-saat-salat-berjamaah Banyak kisah di dalam masyarakat tentang seputar -jeda waktu menunggu imam datang- saat sholat jamaah di dalam masjid. Ada yang menggunakannya untuk melantunkan puji-pujian, ada yang menggunakanya untuk ngobrol asyik, ada yang menggunakannya untuk merenungi keagungan Allah SWT, ada yang menggunakanya untuk berselancar dengan dunia maya (meski tidak mayoritas, tapi hampir banyak yang melakukanya). Ada yang menggunaknya untuk nge- game  (meski tidak banyak). Ada pula sebuah kisah tentang orang yang dikafirkan oleh temannya sendiri karena melantunkan puji-pujian di dalam masjid saat menunggu imam datang untuk jamaah shalat. Ada pula kisah tentang seorang jamaah dengan enggan memagang mushaf sambil menunggu sholat jamaah didirikan walau tidak dibaca. Banyak pula kisah tentang mereka yang mampu menyelesaikan membaca quran sampai beberapa halaman. Apapun kisah yang muncul di tengah masyarakat, semua ini nyata dan