sumber gambar: kapanlagi.com Gadis kecil itu masih duduk terdiam di depan meja komputer. Bola matanya bergerak-gerak mengikuti irama kursors yang menari-nari pada layar komputer. Komputer milik mas Panji yang sudah tidak digunakan lagi. Mas Panji, anaknya Budhe yang pertama. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 wib. Ia masih giat menggerakan jari jemari lentiknya di atas keybord . “Nduk, jangan terlalu larut ya?” pesan Budhe nya. “Nggih, Dhe” jawabnya sopan. Masih lima puluh sembilan detik menuju deadline pengiriman naskah. Meskipun mata sudah mengantuk, ia masih giat menyelesaikan tugasnya. Bismillah, mudah-mudah tulisan ini menemui takdir baiknya , doanya lirih. Sebuah alamat email majalah Bobo ia buka, naskah terkirim sudah. Selesai dikirim, ia bergegas menuju kamar tidur untuk beristirahat. *** Hari Minggu adalah jadwal rutin Kana berkunjung ke rumah Budhe. Sudah sejak satu tahun lalu, setiap hari Minggu, Kana mengnjungi Budhe. Kebetulan Budhe tinggal sendirian di rumah. Pakd
sumber gambar: puruhita.com Pagi hari matahari bersinar cerah. Terlihat Pidi tersenyum gembira. Pagi ini badanya terasa segar. Tidak ada satupun daunya yang sobek, bahkan bijih padinya juga utuh. Ia pun teringat akan kejadian semalam. Karena jaring laba-laba yang dipasang Luba dan Lubi semalam, ia aman dari ulah jail Renggong dan Gere-Gere. Hatinya ingin sekali mengucapkan terimakasih pada mereka. Karena jasanya, pagi ini ia tidak harus menanggung sakit. “Lubi, ayo kita sarapan” ajak Luba serangga paling besar. Mereka menuju tempat Pidi berada. Terlihat Renggong dan Gere-Gere bergelantungan pada jaring yang semalam mereka buat. Dengan langkah gesit Luba dan Lubi mengambil Renggong dan Gere-Gere yang terlihat pucat dan lemah. “Luba! Lubi! Lepaskan kami. Jangan makan kami!” terikak Gere-Gere dan Renggong. “Kami tidak akan melepaskan kalian. Sebelum kalian berhenti membuat ulah pada Pidi!” jawab Luba si laba-laba besar. “Apa salah kami, Luba?!” tanya Renggong kesal. “Apaka